Propaganda Orang Tua

Dua Lebih Baik

Masa kecil kita banyak dipenuhi oleh propaganda bahwa orang tua adalah yang paling utama, harus dihormati, perkataannya adalah doa. Sementara anak tiada lahir tanpa belas kasih orang tua, jadi ia harus bersyukur tiada akhir karena orang tuanya mau repot-repot mengorbankan hidup dan kehidupannya untuk mencipta dan mengembangkan sang anak. Anak, meskipun banyak, suaranya menjadi hanya setingkat kaum marginal yang tak pernah punya kebenaran di mata sang borjuis orang tua. Mungkin dipikirnya anak seharusnya bersyukur karena tidak diterlantarkan, tapi meninggalkan anak memang bukan sifat Homo sapiens, kan? Tanpa perlu propaganda pun sebenarnya bayi-bayi manusia memang harus diurus oleh induknya cukup lama hingga bayi-bayi itu menjadi dewasa dan mampu menghidupi dirinya sendiri. Beberapa primata juga harus mengurus anaknya, menggendong dan memberi makan sepanjang hari, sampai anaknya cukup dewasa.

Tapi nyatanya propaganda ini meresap masuk hingga ke pori-pori, menghasilkan berbagai mitos lanjutan yang lahir entah karena cinta buta kepada orang tua atau karena orang tua ingin stratanya lebih tinggi dari yang lain. Anak harus mematuhi orang tua, anak harus memberi orang tuanya kemapanan di masa senja, anak tidak berharga tanpa orang tua jadi tidak pantas sang anak mengeluh lapar ketika orang tuanya lapar. Semua diciptakan dan menciptakan sebuah nilai dari masa ke masa, yang anehnya sama sekali tidak menyentuh proses keberlangsungan manusia dimana orang tua adalah anak dari orang tua yang lain. Hubungan anak-orang tua bukanlah hubungan timbal balik dimana orang tua mengurus anak kemudian anak mengurus orang tua. Yang ada hanyalah proses keberlanjutan orang tua mengurus anak sebagai penerusnya karena sebelumnya ia telah diurus oleh orang tuanya.

Tidak tepat juga menimpakan semua kemalangan orang tua kepada anak karena merasa hal itu adalah hasil dari pengorbanannya untuk anak. Sejujurnya, biologi menunjukan bahwa anak tidak akan lahir tanpa diciptakan oleh orang tua. Seorang anak tidak bertanggung jawab atas kelahirannya, alih-alih orang tualah yang bertanggung jawab. Tidak ada dasar logika dari pernyataan bahwa anak adalah sebab utama dari segala pengorbanan orang tua kepada anak, karena anak lahir disebabkan orang tua. Yang ada, segala pengorbanan orang tua kepada anak adalah bentuk tanggung jawab dari menciptakan sang anak.

Sayangnya, manusia dapat berpikir sekaligus dapat menyalahi pikirannya.

Komentar