Banjir Bojongsoang

Banjir

Saya mau angkat bicara tentang sebab musibah banjir Dayeuhkolot yang berulang kali terjadi, sebagai orang yang selama satu semester pernah tinggal di ujung bojongsoang sana, yang akses masuknya sering ikut kebanjiran sampai tidak bisa pulang.

Banjir terjadi karena tumpukan sampah di sungai, semua orang tahu. Tapi kenapa sampah menumpuk di sana?

Berapa rupiah biaya kebersihan di tempat kalian? Saat di ujung bojongsoang, "uang sampah" di rumah saya adalah 5000 rupiah... SEKALI ANGKUT! Iya, sodara-sodara, 5000 rupiah yang saat itu bisa jadi nasi telur dadar adalah harga yang harus dibayar warga agar sampah HARI INI diangkut dari rumah mereka, dan saya bahkan nggak yakin itu petugas resmi. Saya pernah harus bayar 5000 (setelah adu ngotot) untuk plastik kresek asing yang tiba-tiba ada di tong sampah saya padahal saya nggak pernah buang sampah lagi di situ. Saya akhirnya musti tutup tempat sampah rumah, mengangkut setiap sampah yang saya hasilkan kemudian buang di kampus, dan selalu pastikan tempat sampah rumah kosong sepulang kuliah, biar nggak diteror "tukang sampah". Saya nggak ngerti tatanan masyarakat macam apa yang tengah saya diami saat itu. Mantan PRT pemilik lama rumah yang suka ngecek keadaan saya sering bilang "lebih murah buang sampah di sungai daripada bayar uang buat sampah", seolah-olah itulah nilai yang dianut masyarakat di sana. Tapi apakah mereka salah? Atau uang sampah memang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang?

Di hari terakhir saya di rumah itu, beres-beres menghasilkan sejumlah sampah yang nggak mungkin saya angkut ke kampus. Saya meyakinkan diri bahwa itu adalah 5000 terakhir yang akan saya keluarkan untuk sampah di sana. Tukang sampah mengangkut sampah dan seperti biasa meminta 5000 rupiah. Saya yang merasa itu kesempatan terakhir kemudian langsung mencecarnya "kenapa uang sampahnya mahal?" "kenapa bukan petugas resmi yang ngangkut sampah di sini?" "makanya orang-orang buang sampah di sungai!" dan tukang sampah itu hanya menjawab,

"mereka nggak pernah sampai sini"

dan kemudian berlalu, meninggalkan gue yang terhenyak.

Permasalahan banjir nggak bisa diatasi dengan mencari kambing hitam, karena kalau boleh jujur, semua punya noda. Tapi siapa bilang permasalahan cuma bisa diselesaikan dengan mencari siapa yang salah? Benang kusut sebenarnya ada di penanganan sampah, sejak masih di rumah sampai di tempat pembuangan. Sayang tidak ada yang lebih mengerikan dari hilangnya rasa bersalah karena berada dalam massa.

Komentar