Waifu (dari kata wife, istri, pasangan perempuan) dan husbando (dari kata husband, suami, pasangan laki-laki) substansinya mirip dengan karakter favorit. Tapi alih-alih menjadi sekedar karakter favorit, waifu dan husbando menjadi komoditas yang lebih terikat dengan konsumennya, layaknya pacar, atau mungkin lebih.
Tidak ada yang salah dengan memiliki waifu dan husbando. Konsumen bisa berdelusi sepuasnya, tidak ada yang terganggu, dan produsen mendapat untung dari populernya karakter ciptaan mereka. Terlihat seperti simbiosis mutualisme, kecuali bahwa semua itu semu.
Produk budaya populer telah populer sebagai penyetir kesadaran kolektif terbaru ketika orang-orang muak dengan penyetiran lewat doktrin dan dogma. Ayat-ayat kini berubah menjadi fetish yang merangkul mesra konsumen untuk terus konsumtif demi identitas dirinya. Dan jika nalar tidak terganggu dengan hal ini, waifu dan husbando telah menjadi lebih dari identitas diri, tapi benar-benar menjadi agama yang patut dipuja dengan semua lekuk-lekuknya.
Tidak. memiliki waifu dan husbando memang tidak menyusahkan orang lain juga tidak melanggar hak asasi manusia. Tapi sekali lagi, waifu dan husbando-mu produk budaya populer, dan produk budaya populer butuh laku meski membuat waifu dan husbando-mu lacur. Dan jika kamu begitu yakin jika waifu dan husbando-mu tidak membuat identitasmu berubah, mungkin kamu harus mengecek preferensimu. Megane, seme, dan segudang preferensi artifisial menjadi dominan sedangkan nilai-nilai kemanusiaan menjadi kabur atau bahkan hanya jadi tempelan biar tidak dikata mesum. Dan ini dipuja! Hei, kau pikir mitos cantik itu putih itu datang dari ukiran batu nenek moyang? Pemujaan terhadap sifat artifisial seperti itu jelas-jelas menurunkan derajat manusia dari yang memajukan kualitas pribadi menjadi sekedar pecinta material.
Kamu mungkin tidak peduli, produsen mungkin lebih-lebih tidak peduli. Tapi saya mencoba peduli, karena yang berulang itu bisa dikira kebenaran. Dan semoga manusia generasi mendatang tidak hanya menjadi generasi artifisial.
Komentar